Search This Blog

17 February 2011

menguak ajaran ahmadiyah

Aliran ini sekarang kembali banyak diberitakan terkait keluarnya surat rekomendasi dari badan PAKEM nasional, yang merekomendasikan kepada pemerintah untuk membubarkan aliran ini. Karena dinilai sudah melanggar 12 kesepakatan bersama, yang salah satunya adalah melarang aliran Ahmadiyah melakukan aktivitasnya di depan umum. Meskipun aliran ini memang terbukti sesat, namun sulit membubarkannya, karena di backup oleh Negara-negara kuat, salah satunya adalah Inggris. Dan bagi orang awam akan cukup sulit membedakan ajaran mereka dengan ajaran Islam yang sebenarnya. Karena di awal merekrut anggota mereka akan mengatakan Nabi Muhammad juga nabi mereka, dan syahadatnya juga sama. Hanya saja mereka mengatakan/ menafsirkan Khatamannabiyyin sebagai nabi termulia, bukan penutup para Nabi dan Rasul. Sejarah Ahmadiyah tidak lepas dari pendirinya yaitu Mirza Ghulam Ahmad. Seorang pengikut ahmadiyah yang kemudian menjadi khalifah II, Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad menulis riwayat hidup Mirza Ghulam Ahmad. Berikut petikannya: “Pendiri Jemaat Ahmadiyah bernama Hazrat MIrza Ghulam Ahmad. Nama beliau yang asli hanyalah Ghulam Ahmad. Mirza melambangkan keturunan Moghul (Kerajaan Islam yang pernah ada di India). Kebisaannya adalah suka menggunakan nama Ahmad bagi nama beliau secara ringkas. Maka, waktu menerima bai’ at dari orang-orang, beliau hanya memakai nama ahmad. Dalam ilham-ilham, Allah Ta’ ala sering memanggil beliau dengan nama Ahmad juga. Hazrat Ahmad lahir pada tanggal 13 februari 1835 M, atau 14 Syawal 1230H, hari jum’ at pada waktu sholat subuh, di rumah Mirza Ghulam Murtaza di desa Qadian. Beliau lahir kembar, saat ia lahir, beserta beliau lahir pula seorang anak perempuan yang tidak berapa lama kemudian meninggal. Demikianlah sempurna sudah kabar gaib yang tertera di dalam
kitab-kitab agama Islam bahwa Imam Mahdi akan lahir kembar. Qadian terletak 57km sebelah timur kota Lahore, dan 24km kota Amritsar di propinsi Punjab India”. Lebih jauh perkembangan pergerakan ini ditulis: “Pergerakan jamaah Ahmadiyah dalam islam adalah suatu organisasi keagamaan dengan ruang lingkup internasional yang memiliki cabang di 174 negara tersebar di Afrika, Amerika Utara, Amerika Selatan, Asia, Australia, dan Eropa. Saat ini jumlah anggotanya di seluruh dunia lebih dari 150 juta orang, dan angkanya terus bertambah dari hari ke hari. Jemaah ini adalah golongan islam yang paling
dinamis dalam sejarah era modern. Jamaah ahmadiyah didirikan tahun 1889 oleh Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad ( 1835-1908 ) di qadian, suatu desa didaerah Punjab, India. Beliau mendakwahkan diri sebagai pembaharu (mujadid) yang diharapkan dating di akhir zaman dan beliau adalah seseorang yang ditunggu kedatangannya oleh semua masyarakat beragama (Mahdi dan Al-Masih). Beliau memulai pergerakan ini sebagai perwujudan dari ajaran dan pesan Islam yang sarat dengan kebajikan, perdamaian, persaudaraan, universal dan tunduk patuh pada kehendakNya dalam kemurnian yang sejati. Hazrat Ahmad menyatakan bahwa Islam sebagai agama bagi umat manusia:”Agama orang- orang yang berada di jalan yang lurus”. Setelah wafatnya pendiri jamaah Ahmadiyah, gerakan ini dipimpin oleh para khalifah: Khalifah Masih I : Hazrat Maulvi Nuruddin (1908-1914) Khalifah Masih II : Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad (1914-1965) Khalifah Masih III : Hazrat Hafiz Nasir Ahmad (1965-1983) Khalifah Masih IV : Mirza Tahir Ahmad (1983-2003) Khalifah Masih V : Hazrat Mirza Masroor Ahmad (2003-sekarang).

Kenabian Mirza Ghulam Ahmad Para pendakwah Ahmadiyah sering mengelak dan berkilah dari konsep kenabian Mirza. Sebab, jika diawal mereka terang-terangan mengakui kenabian Mirza, maka akan mudah lawan-lawan Ahmadiyah menyerangnya dan mengatakannya sesat, diluar Islam, maka aliran ini akan sulit mendapatkan simpati dan pengikut. Berikut beberapa teks dari buku-buku yang dikarang sendiri oleh Mirza atau pengikut aliran ini, yang menunjukan bahwa Mirza Ghulam Ahmad nabi ataukah manusia biasa: 1. Dari terjemahan buku
Ahmadiyah yang berjudul
(The Ahmadiyya Movement
in Islam inc.) karangan Louis
J. Hamman dari Gettysburg
College, terjemahannya direstui oleh Syekh
Mubarrak Ahmad, tertulis
sebagai berikut:
“Bagaimanapun sampai umur 41 tahun (1876)
Hazrat Ahmad mulai
menerima banyak wahyu
yang akan membawanya
pada keyakinan bahwa
didalam pribadinya telah genap datangnya Al-Mahdi.
“Setelahnya”, sebagaimana kata Zafrullah Khan, “telah diwahyukan kepadanya
bahwa ia juga adalah Al-
Masih yang dijanjikan dan
benar-benar seorang nabi
yang dating seperti yang
telah dikabarkan dalam agama-agama utama di
dunia “. Ia adalah “juara yang berasal dari Tuhan
dengan jubah pakaian
semua para Nabi”. 2. Dalam buku yang juga
dikeluarkan oleh jamaah
Ahmadiyah berjudul
“Perjalanan Mirza Ghulam Ahmad” termuat sebagai berikut: - Tahun 1876 Hazrat Ahmad berusia kurang lebih 40 tahun ketika ayah beliau sakit, dan penyakitnya tidaklah begitu berbahaya. Tetapi Allah menurunkan ilham ini kepada beliau: “Persumpahan demi langit yang merupakan sumber takdir, dan demi peristiwa yang akan terjadi setelah tenggelamnya matahari pada hari ini”. Tiba-tiba saya rasakan seperti tidur dan menerima ilham yang kedua: “Apakah Allah tidak cukup bagi HambaNya?” - Di dalam buku itu, Hazrat Ahmad juga mencantumkan beberapa ilham yang beliau terima, sebagian diantaranya kami paparkan disini supaya terlihat bukti-bukti kebenarannya: “Seorang nabi telah datang ke dunia, namun dunia tidak menerimanya”. “Akan datang kepadamu hadiah- hadiah dari tempat-tempat yang jauh dan orang-orang banyak akan datang dari tempat-tempat
yang jauh”.
Pendakwaan Diri sebagai Masih Mau’ ud

“Pada tahun 1891 telah terjadi suatu perubahan yang amat besar, yakni Hazrat Ahmad diberi ilham oleh Allah bahwasannya Nabi Isa yang ditunggu-tunggu kedatangannya kedua kali itu telah wafat dan tidak akan datang lagi kedunia ini. Kedatangan nabi Isa kedua adalah orang lain yang akan datang dengan sifat dan cara seperti nabi Isa, yaitu Hazrat Ahmad sendiri orangnya. 1. Dalam buku yang
dikeluarkan oleh jamaah
Ahmadiyah yang berjudul:
Analisa Tentang Khataman
Nabiyyin, dinukil beberapa
perkataan Mirza: “Kami beriman bahwa nabi
Muhammad berpangkat
Khataman dan sesudah
beliau tidak akan ada
seorangpun terkecuali yang dipelihara oleh faidh dan berkatnya dan sudah dinyatakan oleh janjinya”. “Sesungguhnya nabi kita (Muhammad) adalah khatamul anbiyaa, sesudah beliau tidak ada seorangpun nabi, terkecuali orang yang diterangi oleh nur beliau dan yang penzahirannya adalah bayangan dari penzahiran beliau”. Lalu penulis buku itu menyimpulkan: “Yang menjadi perbedaan antara kami jamaah Ahmadiyah dengan golongan Islam
lain hanyalah satu, kami percaya bahwa nabi yang dijanjikan sudah
datang, yakni Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad”. 1. Dalam buku Ajaranku yang
ditulis oleh Mirza sendiri
termuat: “Aku sekali-kali tidak mengingkari
keluhuran Hazrah Isa,
sungguhpun kepadaku
Tuhan mengabarkan bahwa
Masih Muhammadi
berkedudukan lebih tinggi dari Masih Musawi, akan
tetapi aku memberi
penghormatan yang sangat
tinggi terhadap Masih ibnu
Maryam, oleh sebab dalam
segi kerohanian aku adalah Khatamul Khulafa di dalam
Islam, seperti halnya Masih
ibnu Maryam adalah
Khatamul Khulafa di dalam
silsilah Israil. Dalam Syariah
Musa, Isa ibnu Maryam adalah Masih Mau’ ud, sedangkan di dalam syariah
Muhammad SAW akulah
Masih Mau’ ud. Oleh karena itu aku menghormati beliau
sebagai rekanku, dan
barang siapa yang
mengatakan bahwa aku
tidak menghormati beliau,
dialah seorang pembuat onar dan seorang
pendusta besar”. Dari beberapa tulisan di atas, jelas dan tidak diragukan lagi bahwa:
Mirza Ghulam Ahmad mengaku dirinya sebagai nabi dan rasul yang menerima wahyu - Kadang Mirza juga mengaku sebagai Al-Mahdi, kadang Al-Masih dan kadang Al-Mau’ ud atau Masih Mau’ ud - Para pengikut aliran ini sepakat bahwa Mirza adalah nabi dan menerima wahyu Disinilah kesesatan mereka mulai terihat. Sumber : Buku Menguak Kesesatan Aliran Ahmadiyah, karangan Dr.Ahmad Lutfi Fatullah,
MA.(Dosen PascaSarjana untuk mata kuliah Hadits dan ilmu Hadits di UIN Jakarta, UI, IIQ Jakarta, IAIN SGDBandung, Univ.Muhammadiyah, UIN-McGill Canada, Dosen penguji Siswazah Univ. Kebangsaan Malaysia) Penerbit : Al-Mughni Press.

No comments:

Post a Comment

tinggalkan komentar.!